POTENSI ENERGI ARUS LAUT UNTUK PEMBANGKIT TENAGA
LISTRIK
DI KAWASAN PESISIR FLORES TIMUR, NTT
Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Kelautan
Penulis:
Ai Yuningsih dan Achmad Masduki
Tujuan:
Mencari energy
alternative selain energy fosil yang meruapakn sumber utama energy di Indonesia.
Dikarenakan energy fosil semakin terbatas cadangannya. Penelitian dan pemetaan potensi energi arus laut
merupakan salah satu upaya penting dalam mengekplorasi sumber energi non
konvesional dari laut. Energi arus laut sebagai energi terbarukan adalah energi
yang cukup potensial di wilayah pesisir terutama pulau-pulau kecil di kawasan
timur (Erwandi, 2006). Kawasan timur Indonesia seperti Propinsi Nusatenggara
Timur umumnya berupa selat-selat sempit diantara dua gugusan pulau, serta
penduduknya mayoritas hidup dari hasil laut yang memerlukan energi.
Latar belakang:
Permintaan energi di Indonesia cenderung meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Berdasarkan data dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) permintaan akan energi listrik terus meningkat dari tahun ke tahun. Diprediksikan sepuluh tahun kedepan, kenaikan permintaan menjadi 9% setiap tahunnya. Ironisnya, sumber energi konvensional berupa energi fosil yang merupakan sumber energi utama di Indonesia semakin terbatas cadangannya.
Permintaan energi di Indonesia cenderung meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Berdasarkan data dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) permintaan akan energi listrik terus meningkat dari tahun ke tahun. Diprediksikan sepuluh tahun kedepan, kenaikan permintaan menjadi 9% setiap tahunnya. Ironisnya, sumber energi konvensional berupa energi fosil yang merupakan sumber energi utama di Indonesia semakin terbatas cadangannya.
Sampai tahun 2009, sebagian besar
kebutuhan tenaga listrik di Indonesia masih dipasok dari pembangkit listrik
berbahan bakar fosil. Ketergantungan terhadap konsumsi energi berbahan bakar
fosil dan belum termanfaatkannya sumber energi baru terbarukan merupakan salah
satu kelemahan dalam menerapkan pemerataan kebijakan energi.
Metode:
Metoda pengukuran dilakukan dengan
dua metode yaitu pengukuran arus bergerak menggunakan ADCP (Acoutic Doppler
Current Profiler) mobile untuk mendapatkan jangkauan lokasi yang luas untuk
mengetahui lokasi potensial dengan kecepatan arus yang memenuhi syarat, dipasang
di kapal dan dioperasikan bersamaan dengan pengukuran batimetri. Sedangkan
metode pengukuran arus stasioner menggunakan ADCP (Acoutic Doppler Current
Profiler) statis merk Nortek Continental di satu titik dimaksudkan untuk
mendapatkan data arah dan kecepatan arus absolut baik saat kondisi air tunggang
kecil maupun saat kondisi air tunggang besar pada berbagai kedalaman.
Hasil:
Berdasarkan tipe pasang surutnya pola
arus pasang surut di perairan Selat Larantuka terjadi dua arah aliran berbeda
sebanyak dua kali dalam waktu 24 jam, yaitu pada saat surut pola aliran arus ke
arah utara sedangkan pada saat pasang pola aliran ke arah selatan. Berdasarkan
lama waktunya posisi air saat akan pasang hingga pasang maksimum berkisar
antara 7 – 8 jam, sedangkan lama waktu posisi air saat akan surut hingga surut
minimum berkisar antara 5 – 6 jam.
Peta batimetri dengan penarikan garis
kontur selang 5 meter pada kisaran kedalaman 0 – 150 meter memberikan gambaran
pola kontur kedalaman laut umumnya sejajar dengan alur selat dan garis pantai
Pada bagian utara Selat Larantuka
dari muara selat sampai ke pelabuhan Tanah Merah memperlihatkan kerapatan
kontur yang relatif jarang, menunjukkan morfologi rata dengan kemiringan yang
landai dengan kedalaman 5 sampai 15 meter.
Dari hasil pemodelan distribusi
kecepatan arus bisa dilihat ternyata di sekitar lokasi yang dipilih merupakan
daerah turbulensi arus, dimana pola arus selain dipengaruhi pola pasang surut
juga dipengaruhi bentuk morfologi pantai dan morfologi dasar lautnya.
Kesimpulan:
daerah yang berpotensi untuk
penempatan Pembangkit Listrik Tenaga Arus berdasarkan hasil perhitungan
daya dari data pengukuran arus statis selama surut, surut menuju pasang, pasang
dan pasang menuju surut dalam satu hari, adalah pada posisi 123.010 BT dan -
8.325 LS yang berjarak sekitar ±190.05 meter dari pantai atau tepatnya sekitar
Tanjung Gonsales.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar